Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah yang berada di Wilayah Provinsi Jawa Timur bersama jarak kira-kira 110 km dari Surabaya. Kabupaten Bojonegoro miliki luas lokasi sebesar 230.706 hektare. Secara administratif, Bojonegoro miliki batas lokasi sebelah utara bersama Kabupaten Tuban serta sebelah selatan bersama Kabupaten Madiun, Nganjuk dan Jombang. Sementara itu, sebelah timur lokasi ini berbatasan bersama Kabupaten Lamongan dan sebelah Barat bersama Kabupaten Ngawi serta Kabupaten Blora.
Dikutip , lebih dari satu besar lokasi Kabupaten Bojonegoro merupakan daerah pertanian yang mencermati lebih dari satu aspek penting, yakni ketersediaan lahan, letak geografis, tipe tanah, agroklimat, sumber energi wilayah, sarana, dan prasarana. Selain itu, sumber energi selanjutnya dapat berpengaruh pada perkembangan pembangunan wilayah. Namun, sebelum saat bisa melakukan perkembangan lokasi seperti selagi ini, Bojonegoro harus berjuang mempertahankan kekuasaannya 3 abad silam.
Sejarah Muasal Bojonegoro
Pada masa kehidupan peristiwa Indonesia, Bojonegoro tetap didalam lokasi kekuasaan Majapahit sampai abad ke-16. Lalu, ketika Majapahit runtuh, kekuasaan Bojonegoro berada di tangan Kerajaan Demak, Jawa Tengah. Akibatnya, peristiwa Bojonegoro yang bercorak Hindu bersama fakta penemuan benda peninggalan kuno terasa terbentuk. Sebagai lokasi Kerajaan Demak, Bojonegoro miliki loyalitas tinggi pada raja dan kerajaan.
Dilansir ppid., sejalan berkembangnya budaya Islam, efek budaya Hindu terdesak dan berlangsung pergeseran nilai dan tata penduduk tanpa disertai konflik. Saat pergeseran nilai Hindu ke Islam terjadi, Raden Patah, Senopati Jumbun, dan Adipati Bintoro diangkat sebagai raja I awal abad ke-16. Sejak selagi itu, Bojonegoro menjadi lokasi kedaulatan Demak. Setelah itu, berlangsung peralihan kekuasaan yang disertai pergolakan supaya Bojonegoro villainessneedsatyrant.com masuk didalam Kerajaan Pajang bersama Raja Raden Jaka Tingkir Adipati Pajang pada 1568.
Pada 1587, Pangeran Benawa, putra Sultan Pajang, Adiwijaya tidak bisa melawan Senopati yang sudah merebut kekuasaan Pajang. Akibatnya, Senopati membawa seluruh benda pusaka keraton Pajang ke Mataram yang sebabkan Bojonegoro kembali bergeser masuk didalam Kerajaan Mataram. Lalu, pada 1619, Kabupaten Bojonegoro bernama Kadipaten Jipang di bawah pimpinan keturunan Adipati Sukawati. Pemerintahan ini berusaha mengingatkan Susuhunan Amangkurat I untuk berhati-hati pada VOC, seperti tercantum didalam dinbudpar..
Kendati demikian, perjanjian VOC bersama Mataram diperkuat kembali pada 20 Oktober 1677 oleh Susuhunan Amangkurat II. Kerajaan Mataram memperbaiki kondisi bersama melakukan pergantian status Adipaten menjadi Kabupaten Jipang dan menetapkan Mas Tumapel sebagai bupati pertama. Hari selanjutnya terhitung ditetapkan sebagai Hari Jadi Kabupaten Bojonegoro. Pada 1725, Susuhunan Pakubuwono II naik tahta yang memerintahkan supaya Raden Tumenggung Haria Mentahun I memindahkan pusat pemerintahan kabupaten Jipang dari Padangan ke Desa Rajekwesi. Adapun, lokasi Rajekwesi kira-kira 10 kilometer di selatan Kota Bojonegoro.